Kecelakaan Sukhoi, Logis atau Mitos?

Zona Berita Online - Barangkali ada sebagian dari anda yang belum tahu dimana letak jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100? Atau hanya mengetahui nama lokasi tempat jatuhnya, yaitu di gunung Salak.

Bagi anda yang belum mengetahui, berikut kami sajikan dimana gerangan Gunung Salak itu berada, dan juga penjelasan-penjelasan logis beserta mitos yang menyertai keberadaan Gunung Salak dan penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100.

Gunung yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu kembali ramai dibicarakan setelah pesawat Sukhoi Superjet 100 yang ditumpangi oleh 50 orang (sumber lain menyebut 57 orang) jatuh di lerengnya. Belum diketahui secara pasti kondisi para penumpang itu.

Gunung Salak adalah gunung berapi yang mempunyai beberapa puncak, di antaranya Puncak Salak I dan Salak II. Letak astronomis puncak gunung ini ialah pada 6°43' LS dan 106°44' BT. Tinggi puncak Salak I 2.211 m dan Salak II 2.180 m dpl. Ada satu puncak lain bernama Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 m dpl.

Mitos

Banyaknya kecelakaan yang terjadi di Gunung Salak, semakin menguatkan mitos bahwa gunung berapi ini angker. Terlebih, sebagian warga setempat ada yang masih percaya bahwa Gunung Salak adalah tempat yang suci, tempat terakhir kemunculan Prabu Siliwangi, raja Padjajaran, kerajaan Hindu terakhir di Jawa Barat.

Hilangnya Sukhoi langsung dikaitkan dengan sejumlah kisah mistis. Penduduk di sekitar Gunung Salak memang masih kental memegang mitos. Memang bukan pertama kali ini saja ada pesawat jatuh di Gunung Salak. Mereka beranggapan hilangnya pesawat karena pengaruh makhluk halus. Pesawat dianggap melanggar teritori makhluk halus di sana.

Bukan hanya penduduk setempat, ada keluarga korban yang minta paranormal ikut mencari. Rupanya mereka lebih percaya dukun daripada GPS milik tim SAR.

Masyarakat sekitar juga sering menemukan hal-hal gaib di kawasan Gunung Salak ini yang berhubungan dengan Prabu Siliwangi. Sebuah pura pernah dibangun pada 1995. Sebelumnya umat Hindu terlebih dahulu membangun candi dengan patung macan berwarna putih dan hitam. Pura itu bernama pura Parahyangan Agung Jagatkarta Tamansari Gunung Salak, yang konon dibangun sebagai penghormatan terhadap Prabu Siliwangi dan para prajuritnya yang menghilang di Gunung Salak. Para prajurit termasuk Prabu Siliwangi dipercaya warga sekitar menjelma menjadi macan.

Kenapa memilih di lokasi itu dibangun pura? Konon, pada tahun 1981 silam, tempat tersebut dikenal sebagai Batu Menyan. Batu menyan ini setiap harinya mengeluarkan asap. Konon masyarakat sekitar setiap hari melihat cahaya putih, dan sinar terang dari angkasa, kemudian turun ke batu.

Dengan mitos tersebut, tak heran Gunung Salak jadi terkenal angker. Banyak pendaki yang hilang lantaran tersesat. Selama ini, tak sedikit pendaki Gunung Salak mengaku ada yang mendengar gamelan atau pun melihat penampakan-penampakan mahluk halus saat mendaki Gunung Salak. Para pendaki pun disarankan untuk tidak mengucapkan kata-kata kotor atau kasar selama perjalanan. Tujuannya untuk menghindari gangguan 'lelembut' penunggu Gunung Salak.

Tak sedikit pula terjadi kecelakaan pesawat yang jatuh di Gunung Salak. Kecelakaan ini pun disangkut-pautkan hal-hal gaib, termasuk kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100.

Logis

Namun ada penjelasan logis, soal banyak pesawat yang jatuh di Gunung Salak. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan mistis. Kecelakaan ini murni karena faktor teknis atau cuaca. Dari pengamatan tim SAR, Sukhoi jatuh di ketinggian 5700 kaki. Medan cukup terjal dan untuk repling (turun tebing dengan menggunakan tali) juga sulit.

Gunung Salak masuk di wilayah pegunungan tergolong masih lebat dan asri. Kabut sering turun, terlebih jika cuaca buruk gunung bisa tidak kelihatan. Tak heran ada dugaan kecelakaan terjadi karena menabrak gunung.

Meski kondisi cuaca cerah, proses evakuasi korban juga terkendala angin kencang. Seperti halnya ketika tali yang coba diturunkan dari helikopter Super Puma pun langsung terbawa angin. Tali tersebut pun lepas dan belum sempat digunakan.

Meski demikian, di lokasi kejadian masih tetap mencoba melakukan repling (turun menggunakan tali). Salah satu yang diturunkan adalah pasukan Kopaskhas. Melihat lokasi kejadian terjal dan curam (90 derajat), tampaknya proses repling merupakan satu-satunya cara untuk mengevakuasi para korban.

Apapun penyebabnya, itu semua kembali kepada Phylovers sendiri. Cenderung pada mitos atau logika. Yang jelas dan lebih penting saat ini adalah korban harus segera dievakuasi. Penyebab kecelakaan harus segera ditemukan. Kita semua harus mendukung dan terus berdoa agar sepatu boot para pencari yang perkasa terus menjajaki Gunung Salak dengan semangat. Menembus belantara hutan dan tebalnya kabut gunung Salak yang penuh misteri.

Sambil berharap dan berdoa agar para kru penyelamat dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, Phylopop mengajak seluruh rakyat Indonesia agar terus berdoa dan tetap selalu mengharap kemungkinan terbaik. Para korban bisa diselamatkan dalam keadaan sehat tanpa kekurangan suatu apa pun. Amin!

Like Box